Minggu, 12 Juli 2009

Pemanasan Global (Global warming)

Istilah pemanasan global atau dalam bahasa inggrisnya Global Warming sudah tak asing lagi bagi kita bahkan menjadi momok yang amat menakutkan bagi sebagian orang. Pemanasan global dapat diartikan sebagai kejadian meningkatnya suhu atmosfer, laut, dan daratan yang di akibatkan oleh meningkatnya kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer. Karbondioksida (CO2) dalam jumlah yang berlebihan di atmosfer dapat meningkatkan suhu karena terjadi efek rumah kaca karena dapat menyerap panas dalam jumlah besar. Selain unsur karbon, gas Metana juga berkontribusi dalam pemanasan global karena menyerap panas dalam jumlah besar bahkan mencapai 21 kali lebih besar dari karbon.

Istilah efek rumah kaca sendiri diambil dari cara tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim) dan saat ini juga telah mulai diterapkan di Indonesia. Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Prinsipnya adalah sebagian besar sinar matahari yang masuk melalui media kaca atau plastik akan terperangkap dalam rumah kaca tersebut sehingga ruangan tersebut selalu hangat.

Saat ini sudah banyak efek dari pemanasan global yang dapat kita lihat, diantaranya adalah perubahan iklim, meningkatnya bencana alam seperti banjir yang diakibatkan oleh jumlah curah hujan yang berlebihan, mencairnya glister di daerah kutub yang dapat mengakibatkan naiknya permuakaan air laut, perubahan musim tanam petani, dan masih banyak lainnya. Rata-rata temperatur global telah naik 1,3 derajat Fahrenheit (setara 0,72 derat Celcius) dalam 100 tahun terakhir. Muka air laut mengalami kenaikan rata-rata 0,175 centimeter setiap tahun sejak 1961.


Nah, kita telah membahas apa itu pemanasan global dan efeknya. Sejauh ini sudah banyak usaha-usaha yang telah dilakukan untuk menekan pemanasan global terutama dalam konferensi internasional seperti konferensi kyoto, konferensi Bali, dan baru-baru ini konferensi yang akan di adakan di Manado yang bertemakan laut. Namun sangat disayangkan Amerika Serikat sebagai penghasil CO2 terbanyak didunia terlihat abai dalam mengatasi pemanasan global terlihat dengan tidak ditandatanganinya perjanjian kyoto di Jepang.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah salah satu negara yang terkena efek pemanasan global yang amat besar. Diantaranya adalah kita akan kehilangan pulau-pulau kecil akibat naiknya permuakaan air laut akibat pencairan es di kutub. Selain itu meningkatnya bencana alam seperti banjir, angin puting beliung, topan, perubahan musim tanam, dan lainnya.

Peternakan dan pertanian juga diisukan sebagaai penyumbang pemanasan global yang besar terutama peternakan sapi yang menghasilkan metana dan pertanian yang menggerus lahan hutan. Tentunya hal tersebut sangat bertentangan dengan pemenuhan kebutuhan pangan manusia yang cenderung terus meningat. Sebenarnya hal tersebut bisa di atasi walau tidak sepenuhnya. Diantaranya adalah dengan bertani dan beternak terintegrasi. Contohnya adalah peternakan sapi yang dipadukan dengan kebun jati atau kebun sengon (Hutan Tanaman Rakyat). Atau kebun jati/sengon dipadukan dengan penanaman palawija. Pohon jati atau sengon yang di tanam akan menyerap karbondioksida dalam jumlah besar sehingga dapat mengurangi jumlah karbondioksida yang naik ke atmosfer. Fungsi hutan tanaman rakyat mirip dengan hutan asli namun dapat dimanfaatkan, bernilai ekonomis, dan dikelola oleh masyarakat.

Pohon sengon merupakan pohon serba guna. dari mulai daun, perakaran, dan kayunya untuk berbagai keperluan. Daun sengon dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena mengandung protein tinggi. Perakarannya dapat meningkatkan penyerapan air dan batangnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kayu lapis, pulp, furniture, dan lainnya. Begitu juga dengan jati. Dari tahun ketahun kayu jati da sengon terus meningkat harganya seiring dengan pembatasan dan larangan pemanfaatan hutan asli.

Di sela pepohonan jati/sengon dapat ditanam palawija, rerumputan sebagai pakan ternak atau melepaskan ternak dengan sistim gembala. Dengan cara ini pendapatan petani akan semakin meningkat dan mencegah pemanasan global. Dengan demikian masyarakat tani tidak menjadi korban dalam isu pemanasan global yang sebenarnya di akibatkan oleh negara-negara industri seperti USA dan Uni Eropa.

Diharapkan dengan meningkatnya jumlah lahan Hutan tanaman rakyat akan mengurangi perambahan hutan asli, meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat, mengurangi efek pemanasan global, dan meningkatkan jumlah lapangan kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar